Rabu, 04 April 2012

PENGERTIAN KERUCUT PENGALAMAN DAN HUBUNGAN DENGAN MEDIA MENURUT EDGARE DALE


PENGERTIAN KERUCUT PENGALAMAN DAN HUBUNGAN DENGAN MEDIA MENURUT  EDGARE DALE
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan  alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan  audio visual  pembelajaran. Usaha-usaha untuk membuat  pelajaran abstrak  menjadi  lebih  konkrit  terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat  klasifikasi  11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak.  Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “Kerucut Pengalaman” ( The Cone of Experience) dari Edgar Dale.  Ketika itu, para pendidik  sangat  terpikat dengan  kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam  pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu  pada siswa. 
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yangmembutuhkan media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat
  oleh guru dan “audio-visual”.
         
Kerucut Pengalaman E. Dale
          Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalam pan dangan  teori  komunikasi, alat audio visual  berfungsi sebagai alat penyalur pesan  dari  sumber  pesan  kepada  penerima pesan. Begitupun dalam dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu  guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai   penyalur pesan  belajar. Sayangnya, waktu  itu faktor siswa, yang  merupakan  komponen utama dalam  pembelajaran, belum  mendapat perhatian  khusus.
          Baru pada tahun 1960-an,  para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam  kegiatan pembelajaran.  Pada saat itu teori Behaviorisme BF. Skinner  mulai  mempengaruhi  penggunaan  media dalam  kegiatan pembelajaran.  Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah  tingkah  laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.  Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil  teori  ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran terprogram).

            Pada tahun 1965-70, pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah  merupakan bagian integral dari kegiatan belajar  mengajar.
          Dengan demikian,  kalau saat ini kita mendengar kata  media, hendaklah kata tersebut diartikan dalam  pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu  guru dalam mengajar  serta sarana  pembawa pesan dari sumber  belajar  ke penerima pesan belajar ( siswa ).  Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu,  bisa  mewakili guru menyajikan  informasi belajar kepada siswa.  Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka  fungsi  itu akan dapat diperankan  oleh  media  meskipun tanpa keberadaan guru.
            Peranan media semakin meningkat, ini sering menimbulkan kekhawatiran bagi guru. Namun sebenarnya hal itu tak perlu terjadi, seandainya kita menyadari betapa masih banyak dan beratnya peran guru yang lain. Memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa, merupakan tugas pendidik yang sebenarnya lebih penting. Peran guru atau pendidik akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran. Tanggung jawab utama seorang manajer pembelajaran adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Proses kegiatan akan terjadi jika siswa dapat berintraksi dengan berbagai sumber belajar. Untuk itu guru bisa lebih banyak menggunakan waktu untuk menjalankan fungsinya sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilisator dalam kegiatan belajar.

Referensi:
Sadiman Arief, Raharja R. Dkk. 2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan . Di Jakarta. Penerbit : PT. Raja Grapindo Persada.
Ruminiati. 2007. Bahan Ajar CetakPengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidika Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2007.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar