PENGERTIAN KERUCUT PENGALAMAN DAN HUBUNGAN DENGAN MEDIA
MENURUT EDGARE DALE
Sekitar pertengahan
abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan peralatan
audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran.
Usaha-usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih
konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat
klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling
konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal
dengan nama “Kerucut Pengalaman” ( The Cone
of Experience) dari Edgar Dale. Ketika itu, para pendidik
sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu, sehingga pendapat
Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang paling
sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa.
Menurut Edgar
Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/sarana belajar seringkali
menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yangmembutuhkan media belajar seperti
buku teks, bahan belajar yang dibuat
oleh guru
dan “audio-visual”.
Kerucut Pengalaman E.
Dale
Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat
audio visual. Dalam pan dangan teori komunikasi, alat audio
visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari sumber
pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam dunia
pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu
guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan
belajar. Sayangnya, waktu itu faktor siswa, yang merupakan
komponen utama dalam pembelajaran, belum mendapat perhatian
khusus.
Baru
pada tahun 1960-an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen
utama dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat itu teori Behaviorisme
BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya
media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil
teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin
pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran
terprogram).
Pada tahun 1965-70, pendekatan sistem
(system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan
dan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai
bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya
dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk
membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan
belajar mengajar.
Dengan demikian, kalau saat ini kita mendengar kata media,
hendaklah kata tersebut diartikan dalam pengertiannya yang terakhir, yaitu
meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan
dari sumber belajar ke penerima pesan belajar ( siswa
). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal
tertentu, bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar
kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara
baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh
media meskipun tanpa keberadaan guru.
Peranan
media semakin meningkat, ini sering menimbulkan kekhawatiran bagi guru. Namun
sebenarnya hal itu tak perlu terjadi, seandainya kita menyadari betapa masih
banyak dan beratnya peran guru yang lain. Memberikan perhatian dan bimbingan
secara individual kepada siswa, merupakan tugas pendidik yang sebenarnya lebih
penting. Peran guru atau pendidik akan lebih mengarah sebagai manajer
pembelajaran. Tanggung jawab utama seorang manajer pembelajaran adalah
menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Proses kegiatan
akan terjadi jika siswa dapat berintraksi dengan berbagai sumber belajar. Untuk
itu guru bisa lebih banyak menggunakan waktu untuk menjalankan fungsinya
sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilisator dalam kegiatan
belajar.
Referensi:
Sadiman Arief, Raharja R. Dkk. 2003. Media
Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatan . Di Jakarta.
Penerbit : PT. Raja Grapindo Persada.
Ruminiati. 2007. Bahan Ajar Cetak: Pengembangan
Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jendral Pendidika Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar